Sebuah Cerita, dari Para Harapan Bangsa

Sebuah Cerita, dari Para Harapan Bangsa

Tawa merekaTawa adik-adik SDN Banyuasih 3 Pandeglang, Banten (foto by. @wiediesta)

“Di daerah penempatan saya, tidak ada MCK. Bisa dihitung berapa keluarga yang memilikinya, padahal sebenarnya mereka mampu membuatnya. Kesadaran mereka akan kebersihan dan kesehatan masih kurang,” ujar Ramdhan.

“Kalau di daerah penempatan saya, sulit sekali mendapat sinyal. Kamar mandi pun jarang ditemui. Jadi saya harus bangun pagi-pagi sekali menuju sumur untuk membersihkan badan,” ujar Mila.

“Kalau di sini (SDN Banyuasih 3 Pandeglang), hanya kelasnya saja yang kurang. Selebihnya sudah lumayan bagus dan bersih,” tambahnya.

Selama satu tahun, mereka harus terbiasa dengan kondisi tersebut. Sambil mengabdikan diri mereka sebagai pengajar muda bagi generasi penerus bangsa. Tak ada kenyamanan bagi mereka, tapi lebih jauh dari pada itu, mereka mendapatkan kepuasan karena bisa berkontribusi langsung bagi kemajuan bangsa ini.

Bagi mereka, itu adalah pilihan, panggilan, sekaligus kewajiban. Pilihan untuk menjadi pengajar, panggilan untuk mengabdi pada bangsa, dan kewajiban untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Read more